masukkan script iklan disini
Hamba Allah, Anak Petani Desa.***
Sebagai seorang anak petani, saya terbiasa menanam berbagaimacam jenis pepohonan sebagaimana saya pun terbiasa memanen hasilnya. Setiap saya menanam pohon apakah itu singkong, jeruk, pisang, mangga dan lain-lain yang kurasakan adalah perasaan malas dan berat.
Diantara pepohonan yang paling sering saya tanam adalah pisang. Kata ayahku pisang adalah jenis pohon yang paling mulia; pisang tidak pernah ingkar janji. Ayahku mengatakan itu ketika saya malas-malasan membantunya menanam pohon pisang karena saya mererasa capek, lelah dan malas terlebih tatkala matahari terik membakar dan angin malas untuk mengalirkan kesejukannya.
Awalnya saya tidak paham maksud perkataan ayah, bahwa pisang itu pohon yang tak pernah ingkar janji. Beberapa bulan kemudian, ketika pisang sudah berbuah dan siap untuk dipanen. Ayahku berkata, "Lihatlah, Nak, walau engkau menanamnya dengan malas-malasan, jarang menyiraminya tapi pisang tidak pernah ingkar janji pada penanamnya. Ia selalu memberikan kebahagiaan dengan cara berbuah walau ia tidak diurus dengan baik. Pernahkah engkau melihat pisang tidak mau berbuah (ingkar janji) pada penanamnya? ucap ayahku saat itu. Untuk kemudian aku termenung berusaha memahami ucapanya.
Dari siklus kehidupanku sebagai seorang anak petani desa ada satu hal yang aku renungi dari perjalanan sebatang pohon pisang bahwa pisang adalah pohon yang tidak pernah ingkar janji.
Begitupun Tuhan ketika memberikan rezeki pada manusia. Allah tidak mungkin ingkar janji dalam memberikan rejeki kepada kita. Mereka yang malas saja Allah berikan rezekinya, bagaimana kalau kita rajin bahkan sangat rajin dalam ikhtiar untuk mencari rezeki yang Allah bentangkan di muka bumi ini! Pisang saja tak pernah ingkar janji. Bagaimana mungkin Tuhan tidak menepati janji. Selamat ikhtiar mencari rezeki yang halal lagi baik, Saudaraku!